Dokter Yusirwan Yusuf, Memimpin Dua Rumah Sakit Besar di Sumatra

RSUP M Djamil Padang

Yusirwan Yusuf.

Suluah.com – Dr. dr. Yusirwan Yusuf, SpB SpBA (K) Mars adalah seorang dokter spesialis bedah anak. Saat ini, ia menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar).

Sebelumnya, ia merupakan Dirut RSUP Adam Malik di Kota Medan, Sumatra Utara. Dalam memimpin rumah sakit (RS) yang bernaung di bawah Kementerian Kesehatan RI, ia banyak membawa perubahan positif. Bagaimana kiprahnya?

Profil Yusirwan Yusuf

Yusirwan lahir di Pekanbaru pada 22 November 1962. Ia mengenyam pendidikan dasar hingga SMA di sana. Selanjutnya, ia menempuh pendidikan S-1 hingga S-3 di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Andalas (Unand). Adapun gelar spesialis ia peroleh dari FK Unand dan FK Universitas Padjadjaran.

Sebagai dokter, ia mulai bertugas di Puskesmas Muaro Labuah, Solok Selatan pada 1988. Pada 1993, ia menjadi residen bedah di RSUP M Djamil Padang. Pada 1998, ia menempuh pendidikan bedah anak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) RSUD Hasan Sadikin, Bandung dan kembali lagi ke RSUP M Djamil Padang dua tahun berikutnya sebagai sekretaris SMF bedah.

Dari 2010 hingga 2014, Yusirwan menjabat sebagai Direktur Medik dan Keperawatan RSUP M Djamil Padang. Sejak 22 Oktober 2014 hingga 16 bulan berikutnya, ia menjadi Dirut RSUP Adam Malik.

Semasa kepemimpinannya, RSUP Adam Malik meraih akreditasi paripurna dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) pada 2014. Akreditasi tersebut menjadikan RSUP Adam Malik naik tipe dari B menjadi A. Torehan prestasi ini tentu saja membanggakan masyarakat Sumatra Utara.

Tidak hanya capaian akreditasi paripurna, transplantasi hati di RSUP Adam Malik juga terwujud semasa kepemimpinannya.

Capaian Yusirwan mendapat pengakuan dari lembaga, salah satunya menyabet penghargaan Indonesia Best Leadership Achievment Award 2015.

Yusirwan Memimpin RSUP M Djamil

Lampiran Gambar

Terhitung sejak 15 Maret 2016, Yusirwan resmi menjabat sebagai Dirut RSUP M Djamil. Kepulangannya ke Padang ternyata tidak untuk bersenang-senang. Ada misi besar dan tanggung jawab yang ia pikul.

RSUP M Djamil sudah menjadi RS rujukan nasional sejak tahun 2014. Akan tetapi, saat penetapan, RS ini belum memenuhi satu persyaratan yaitu RS tipe A dan untuk memenuhi syarat itu RSUP M Djamil harus memiliki akreditasi paripurna.

RSUP M Djamil hanya memiliki sisa waktu dua bulan untuk memenuhi akreditasi tersebut. Jika tidak tercapai, RSUP M Djamil bisa turun kelas menjadi RS provinsi. Efeknya sangat besar, bahkan bisa membuat RS kolaps.

Di antaranya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar akan kewalahan mengalokasikan anggaran untuk RSUP M Djamil karena investasinya sangat besar. Di sisi lain, mahasiswa FK Unand tidak bisa lagi ambil spesialis di RSUP M Djamil, sebab FK Unand yang sudah tipe A harus mengambil spesialis di RS tipe A juga.

Yusirwan berpacu dengan waktu menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut. Bagaimana cara Yusirwan?

"Semuanya bisa, sepanjang seluruh komponen di M Djamil bersatu dan ikhlas dalam menjalani semua tugas mereka secara profesional," begitu keyakinan Yusirwan sebagaimana xdikutip dari Harian Haluan.

Ia mengajak seluruh komponen di RSUP M Djamil harus bergerak all out dan bahu-membawa untuk mencapai akreditasi paripurna .

Menurut Yusril, bicara akreditasi berarti bicara mutu layanan. Tolak ukurnya standar saja, kalau ada pasien yang harus ditangani dokter spesialis setiap hari. Juga, kalau pasien sudah dilakukan operasi kemudian pasien diprediksi tiga hari lagi harus pulang, ya harus pulang. Kalau tidak jadi pulang, harus jelas alasan dan diagnosisnya kenapa si pasien belum bisa pulang.

"Intinya pelayanan harus bermutu. Kalau pelayanan sudah bermutu, maka akan terwujud pasien safety (keselamatan pasien)," kata suami dari dr. Mandhel Yanthi ini.

Mengubah Orientasi Pelayanan

Ada 15 standar untuk mendapatkan akreditasi paripurna menurut ketentuan KASR. Dari 15 standar tersebut, semuanya harus memiliki nilai di atas 80.

Sebelumnya, RSUP M Djamil pernah melalui tahapan penilaian KASR, tetapi ada empat standar lagi yang nilainya belum mencapai 80. Empat standar tersebut yakni, keselamatan pasien, program penanggulangan infeksi, manajemen perencanaan obat, dan manajemen fasilitas kesehatan.

Selama ini, pelayanan di sebagian besar RS berorientasi dokter. Padahal, untuk mendapat akreditasi RS harus memaksimalkan pelayanan pada pasien. Oleh sebab itulah, KARS memberi paduan bagaimana RS yang baik dengan orientasi ke pasien, pasien sebagai bagian terpenting di dalam pelayanan.

Ada beberapa hal untuk mewujudkan keselamatan pasien di antaranya ketepatan identifikasi pasien, yaitu memastikan pasien tidak tertular penyakit lain selama di RS, pasien mendapatkan obat sesuai kebutuhan, dan kepastian pelayanan medis yang baik.

Misalnya, tepat lokasi prosedur dan pasien operasi pengurangan risiko infeksi, dan pengurangan risiko pasien jatuh. Lanjutnya, manfaat langsung dari akreditasi baru, yaitu RS mendengarkan pasien dan keluarganya, menghormati hak-hak pasien dalam proses perawatan sebagai mitra.

RSUP M Djamil Raih Akreditasi Paripurna

Pada 6 Juni 2016, RSUP M Djamil Padang akhirnya berhasil meraih akre­di­tasi pari­purna dari KARS. Prestasi tersebut ditandai dengan penyerahan sertifikat akreditasi paripurna dari Ketua Eksekutif KARS, Dr. dr. Sutoto, M.Kes kepada Dirut RSUP Dr M Djamil, Dr. dr. Yusirwan Yusuf di Jakarta.

“Sesuai dengan yang saya sebutkan dulu saat pelantikan, kerja keras pasti membuahkan hasil. Dua bulan waktu yang tersedia dapat kami manfaatkan. Al­ham­dulillah,” ucap Yusirwan.

Baca juga: Dokter Idris Idham, Ahli Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Ke depan, Yusirwan ber­harap agar seluruh keluarga besar RSUP M Djamil dapat mempertahankan prestasi ini. Karena akreditasi akan di-re­view setiap tahun hingga diper­barui pada 2018 mendatang.

“Mempertahankan ini lebih sulit dari mendapatkannya. Untuk itu saya imbau kepada keluarga besar RSUP M Djamil, untuk mulai menjadi bagian dari tubuh RS. Menumbuhkan rasa memiliki. Jangan ada eksklusivitas lagi di RS ini. Saya harus ber­tegas-tegas soal ini,” katanya.

Baca Juga

Aisyah Elliyanti adalah ahli kedokteran nuklir Indonesia yang menjadi guru besar untuk bidang tersebut di FK Unand
Aisyah Elliyanti, Spesialis Kedokteran Nuklir Pertama di Sumatera
Prof. Syukri Arief adalah ilmuwan kimia Indonesia yang sehari-hari mengajar di Universitas Andalas (Unand).
Syukri Arief, Guru Besar Kimia Universitas Andalas
Marah Adin berkarir sebagai penyuluh pertanian pada masa Hindia Belanda dan pensiun sebagai Kepala Dinas Pertanian Sumatra Tengah (1948–1956)
Marah Adin, Pendiri Kota Solok
Djamaluddin Tamim adalah seorang wartawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia di Sumatra Barat pada dekade 1920-an
Djamaluddin Tamim, Berjuang untuk Indonesia Merdeka Meski Keluar-Masuk Penjara
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Asvi Warman Adam adalah sejarawan kontemporer Indonesia yang menjadi peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1983.
Asvi Warman Adam, Menguak Kabut Sejarah