Wannofri Samry, Sejarawan Pers Indonesia

Wannofri Samry adalah seorang sejarawan pers Indonesia. Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Sumatra Barat (Sumbar).

Wannofri Samry. [Foto: Ist]

Suluah.com – Dr. Wannofri Samry, M.Hum adalah seorang sejarawan Indonesia. Ia aktif menulis sejarah pers Indonesia. Sehari-hari, ia mengajar sebagai dosen di Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unand.

Sejak 2014, ia menjabat sebagai Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Sumatra Barat (Sumbar). Ia juga merupakan pimpinan redaksi Andalas International Journal of Socio-Humanities Unand.

Kehidupan Awal

Wannofri Samry lahir pada 28 November 1967. Ia menamatkan pendidikan di SD Negeri Pauh Sangit (1980), SMP Negeri Bunga Setangkai (1983), dan SMA Negeri 3 Payakumbuh (1986).

Selanjutnya, ia menyelesaikan S-1 hingga S-3 bidang sejarah di Unand (1991), Universitas Indonesia (1999), dan Universitas Kebangsaan Malaysia (2013).

Sejak masih mahasiswa, Wannofri Samry aktif menulis artikel, opini, resensi, dan karya sastra. Karya-karya tulisnya itu dimuat di berbagai media massa seperti Harian Singgalang, Padang Ekspres, Harian Haluan, Mimbar Minang, Harian Semangat, Lampung Pos, Riau Pos, Koran Jakarta, Republika, Media Indonesia, dan Kompas.

Pada 1990, puisinya pernah memenangkan Sayembara Penulisan Puisi Indonesia yang dilaksanakan Direktorat Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Selain itu, puisinya muncul dalam antologi Rantak 8: Antologi Delapan Penyair Sumatera Barat (1991), Rumpun: Antologi Penyair Muda Sumatera Barat (1992), Antologi Penyair Sumatera Barat (1993), dan Antologi Puisi Indonesia (1997).

Sebagai Sejarawan

Wannofri Samry mengajar di Jurusan Sejarah FIB Unand sejak 1993. Di sini, ia mulai terlibat dalam penelitian sejarah dengan beberapa sejarawan, seperti Mestika Zed.

Sebagai sejarawan, kajiannya meliputi sejarah pers Indonesia. Secara khusus, ia membahas tentang penerbitan surat kabar dan majalah di Sumatra Utara dari tahun 1902–1942 sebagai disertiasinya.

Selain itu, ia juga menaruh perhatian pada sejarah lokal Sumatra Barat. Di tengah rutinitasnya, ia masih menulis berbagai tema artikel sejarah di media massa lokal.

Di antara buku yang pernah ia terbitkan yakni Ketika Zaman Berkisar (2000), Menunggu Matahari (2010), Memahami Bangsa dari Kolong Negara (2019), Refleksi Historis Tentang Masa Depan (2020), dan Yang Memelihara Kecoak dalam Kepala (2021).

Sejak 2014 hingga sekarang, ia menjabat sebagai Ketua MSI Sumbar. [den]

Baca Juga

Aisyah Elliyanti adalah ahli kedokteran nuklir Indonesia yang menjadi guru besar untuk bidang tersebut di FK Unand
Aisyah Elliyanti, Spesialis Kedokteran Nuklir Pertama di Sumatera
Prof. Syukri Arief adalah ilmuwan kimia Indonesia yang sehari-hari mengajar di Universitas Andalas (Unand).
Syukri Arief, Guru Besar Kimia Universitas Andalas
Marah Adin berkarir sebagai penyuluh pertanian pada masa Hindia Belanda dan pensiun sebagai Kepala Dinas Pertanian Sumatra Tengah (1948–1956)
Marah Adin, Pendiri Kota Solok
Djamaluddin Tamim adalah seorang wartawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia di Sumatra Barat pada dekade 1920-an
Djamaluddin Tamim, Berjuang untuk Indonesia Merdeka Meski Keluar-Masuk Penjara
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Asvi Warman Adam adalah sejarawan kontemporer Indonesia yang menjadi peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1983.
Asvi Warman Adam, Menguak Kabut Sejarah