• Login
Rabu, Agustus 17, 2022
No Result
View All Result
Suluah.com
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Kultur
  • Story
Suluah.com
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Kultur
  • Story
No Result
View All Result
Suluah.com
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Kultur
  • Story
Home Kultur

Sirih dalam Carano, Romantisme Orang Minang Menyambut Tamu

by Rahmat Irfan Denas
Jumat, 10/12/2021
A A
Sirih dalam carano adalah persembahan orang Minang kepada tamu dalam upacara adat. Ada filosofi kearifan masyarakat Minang di dalamnya.

Sirih dalam carano. [Foto: Antonpane]

Suluah.com – Sirih dalam carano, begitulah persembahan masyarakat Minangkabau kepada tamu dalam kegiatan atau upacara adat mereka. Ia disuguhkan pada awal pertemuan sebagai bentuk penghormatan dari tuan rumah.

Tradisi ini masih dijalankan hingga sekarang. Ada filosofi tentang keramahtamahan orang Minang di dalamnya. Berikut pembahasannya.

Baca Juga

Bakajang, Tradisi Menghias Perahu Masyarakat Nagari Gunung Malintang

Apa itu Carano?

Carano adalah wadah berupa dulang berkaki yang terbuat dari loyang atau logam kuningan. Bentuk dulangnya bundar dengan pundak landai, mulut lebar, dan bibir tipis. Tangkainya mengecil pada bagian tengah dan melebar pada bagian bawah berhiaskan garis lingkaran berbentuk geligir.

ADVERTISEMENT

Carano wajib ada dalam kegiatan atau upacara adat di Minangkabau, seperti upacara pinang-meminang, pernikahan, dan malewakan gala.

Pasalnya, bagi masyarakat Minangkabau, tamu yang datang dalam suatu kegiatan atau upacara adat tidak hanya disambut dengan senyum sapa yang ramah. Ada suatu persembahan yang sudah menjadi budaya, yakni sirih.

Dalam hal ini, carano berfungsi sebagai wadah untuk membawa persembahan tersebut.

Filosofi Sirih dalam Carano

Isian carano sebenarnya tidak hanya berisi sirih semata. Ada kelengkapan lainnya yang disebut siriah langkok.

Sjafnir Abu Naim dalam Siriah Pinang Adat Minangkabau menguraikan, sirih langkok terdiri dari daun-daun sirih disusun melingkar dilengkapi dengan bahan untuk memakan sirih, di antaranya berupa buah pinang, gambir, dan kapur sirih (sadah).

Ia menjelaskan, ada empat unsur di dalam carano siriah langkok yaitu, daun sirih warnanya hijau rasanya pedas, buah pinang warnanya kuning rasanya kelat/sepat, gambir warnanya cokelat rasanya pahit, dan sadah warnanya putih rasanya asin.

Sirih melambangkan kesederhanaan, karena siapapun yang disambut dan menyambut, tetap saja menggunakan sirih, dan tidak ada dengan yang lainnya. Persembahan sirih dalam carano merepresentasikan penyatuan tamu dengan tuan rumah.

Isian carano ditutup dengan kain berhias yang disebut dulamak. Dulamak biasanya bercorak warna merah, kuning, dan hitam dengan motif pucuk rebung, yakni bambu muda yang baru keluar dari rumpunnya. Kain ini membuat kesan megah karena dihiasi kilapan benang emas dan cermin-cermin kecil.

Romantisme Orang Minang

Ketika mempersembahkan sirih dalam carano, biasanya disertai pantun. “Jika sirih sudah dimakan, yang manis melekat di ujung lidah, yang pahit lolos ke kerongkongan,” begitu salah satu bunyi pantun tersebut.

Saat pinang-meminang, sirih dalam carano menyiratkan pesan kaum keluarga anak daro (pengantin wanita) kepada kaum keluarga marapulai (pengantin pria). Pesan itu intinya, semua yang terbaik dimiliki pihak keluarga anak daro, dipersembahkan kepada pihak keluarga marapulai.

Selain dalam pernikahan, carano disuguhkan saat memulai pembicaraan atau perundingan tamu. Hantaran ini menyiraktkan penghormatan dari tuan rumah kepada tamu yang datang.

Di dalam rasa sirih yang pahit dan manis, ada simbol. Daun sirih bila dikunyah akan menimbulkan dua rasa di lidah, pahit dan manis. Dengan menyuguhkan sirih pada awal pertemuan, maka diharapkan segala sesuatu yang janggal tidak akan menjadi gunjingan.

Perkembangan Saat Ini

Tradisi menghidangkan sirih dalam carano masih bertahan hingga saat ini dan menjadi lazim kita temui pada kegiatan seremonial yang ada di Sumatra Barat. Sirih dalam carano disuguhkan kepada tamu terhormat yang datang.

Baca juga: Gedung BPPI Padang, Cermin Kecerdikan Orang Minang

Namun, tradisi ini tak luput dari perubahan. Ada yang menjalankannya dengan cara praktis. Misalnya, menggunakan rokok sebagai pengganti sirih. Hal ini biasanya kita temukan pada masyarakat Minangkabau di perkotaan. Padahal, makna dari memberikan sirih tidak sama dengan memberikan rokok.

Terlepas dari hal tersebut, sirih dalam carano sudah menjelma menjadi simbol penyambutan tamu oleh masyarakat Minangkabau. Simbolisasi tersebut dapat kita temukan pada berbagai karya seni baik lukisan dan patung, seperti Tugu Selamat Datang di Kota Padang. [den]

Tags: Tradisi Minangkabau
ShareTweetSendShareSend

RELATED ARTICLE

Bakajang adalah tradisi menghias perahu di Nagari Gunung Malintang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat setiap memasuki Hari Raya Idul Fitri.

Bakajang, Tradisi Menghias Perahu Masyarakat Nagari Gunung Malintang

Suku Mentawai memiliki perahu perang tradisional yang pernah terdokumentasikan pada abad ke-17. Namanya knabat bogolu. Bagaimana sejarahnya?

Knabat Bogolu, Perahu Perang Tradisional Mentawai

Kajang padati adalah nama untuk rumah gadang yang tak bergonjong di Kota Padang.

Kajang Padati, Rumah Gadang Tanpa Gonjong

Wayang adalah pertunjukan bayangan boneka asli dari Indonesia. UNESCO memasukkannya dalam daftar Warisan Mahakarya Dunia.

Wayang, Warisan Dunia UNESCO di Indonesia

POPULAR

Daerah Kuranji memainkan peran penting sebagai basis pertahanan dan perjuangan rakyat mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di sinilah, basis kedudukan Harimau Kuranji.

Sejarah Kuranji dalam Perang Kemerdekaan Indonesia, Basis Harimau Kuranji

Meskipun dikenal sebagai penganut agama Islam, ternyata pernah ada orang Minang yang keluar dari Islam. Ada yang jadi pendeta bahkan ateis.

Profil 3 Orang Minang yang Keluar dari Islam

Jepang membangun Lubang Jepang karena diduga ingin menjadikan Bukittinggi sebagai tempat tinggal Kaisar Jepang kelak. Bagaimana kisahnya?

Rencana Rahasia Jepang di Lubang Jepang Bukittinggi

Surya Tri Harto memulai kariernya di PT Pertamina pada tahun 1994. Saat ini, alumni Unand ini menjabat sebagai Vice President PT Pertamina.

Surya Tri Harto, Wakil Presiden Pertamina Putra Tanah Datar

Azwar Wahid atau Haji Sagi adalah seorang pedagang emas ternama di Jakarta asal Minangkabau. Zakatnya yang ia keluarkan bernilai Rp4 miliar!

Azwar Wahid, Saudagar Emas Berzakat Rp4 Miliar

Sari Lenggogeni

Sari Lenggogeni, Akademisi dan Pengamat Pariwisata Indonesia

Cekricek Network

Selebkita.com | Kabarkabari.id | Kalamakan.com | Cektips.com | Suluah.com | Ototekno.id | Liniekonomi.com | Sainskita.com | Badata.id | Inkes.id | Pesonapuan.com | Ceritahits.com | Invesco.id | Cekhukum.com

Follow Kami

  • About Us
  • Editorials
  • Contact Us
  • Privacy
  • Index

©2021 Cekricek.id | All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Kultur
  • Story
  • Login

©2021 Cekricek.id | All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In