Asril Etek, Pemain Bola Jadi Pengusaha

Asril Etek bersama Archandra Tahar

Asril Etek saat menerima kunjungan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Archandra Tahar di PT Kunango Jantan. [Foto Ist.]

Suluah.com – Dari pemain bola ke pengusaha, begitulah peruntungan membawa Asril Etek. Mantan pemain bola PSP Padang era-80-an ini kini dikenal sebagai pengusaha ternama di Sumatra Barat lewat PT Kunango Jantan Group (PT KJG). Perusahaannya memproduksi tiang beton pancang dan listrik dengan karyawan mencapai 1.600 orang.

Pada tahun 2021, saat jabatan Wakil Wali Kota Padang kosong selepas naiknya Hendri Septa sebagai Wali Kota Padang menggantikan Mahyeldi, nama Asril Etek disebut sebagai salah satu calon alternatif. Siapa sebenarnya Asril Etek?

Pemain PSP Padang

Asril Etek merupakan pemain sepak bola PSP Padang yang aktif dari tahun 1978 hingga 1987. Ia pernah menjadi pemain belakang (stopper) dan gelandang bertahan di klub sepak bola tersebut.

Asril bermain di klub bersama adik kembarnya. Namanya, Asrul Adang. Bersama-sama, mereka ikut dalam sejumlah turnamen, salah satunya turnamen dalam rangka HUT Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di Jakarta pada tahun 1982

PSP Padang tampil sebagai tim solid dan tangguh di turnamen tersebut. Di antara nama yang memperkuat PSP Padang kala itu, ada Marvin Efendi, Arif Pribadi, Tukijan, dan Agus Suardi alias Abin. Pelatihnya adalah Suhatman Imam, yang sampai kini masih eksis di lapangan bola dan tetap peduli dengan kemajuan sepak bola Padang.

PSP Padang berhasil merontokkan sejumlah tim tangguh di babak penyisihan. Hasilnya, PSP Padang mampu manyabet gelar juara turnamen.

Banting Stir Jadi Pengusaha

Asril Etek banting stir dari dunia sepak bola dan memutuskan untuk total di dunia bisnis pada tahun 1988. Kondisi finansial yang terbatas tidak merantai langkahnya.

Awalnya, ia menjadi seorang trading yang membuat sebuah beton blok untuk penyangga tiang listrik dengan modal seadanya. Ide dengan memanfaatkan besi rombengan yang sudah tidak terpakai menjadi bahan baku pembuatan beton blok. Selain itu, ia menyuplai alat-alat listrik untuk kontraktor PT PLN.

Berbekal keberanian dan tekad yang kuat, ia pergi merantau ke Jakarta pada tahun 1989. Di Jakarta, ia masih berjualan alat-alat listrik. Keuntungan penjualan ia jadikan modal untuk modal bisnis berikutnya. Pada tahun 1991, Asril memutuskan untuk meneruskan usaha tradingnya ke Padang dan menikahi seorang wanita bernama Hariati. 

Pada tahun 1993, ia menyanggupi permintaan dari PT PLN memasok barang-barang kebutuhan jaringan listrik, seperti kabel. Modalnya sekitar 200 juta yang ia peroleh dari pinjaman.

Saat itu, Asril Etek berpikir sudah saatnya bagi ia untuk mendirikan perusahaan di bidang supplier dan trading. Era 90-an, pembangunan di daerah, khususnya Sumatra Barat dan Riau, tengah gencar. Permintaan material bahan bangunan cukup tinggi. 

Kisah Mendirikan Kunango Jantan

Mencoba menangkap peluang. Asrik akhirnya mendirikan perusahaan “Kunango Jantan”. Nama itu memiliki arti “Berbunga Sudah, Berbuah Belum”. Kunango Jantan inilah yang menjadi cikal bakal PT KJG sekarang.

Pada tahun 1994, untuk pertama kalinya PT PLN membuat kontrak dengan Kunango Jantan untuk menyuplai tiang besi listrik sebanyak 30.000 batang ke wilayah Sumatra Barat dan Riau yang dibuat di Perusahaan Raya Besi Semarang dan Perusahaan Pabrik Pipa Indonesia di Bekasi.

Dengan motivasi yang kuat, ia bekerja keras untuk membangun perusahaannya menjadi perusahaan supplier yang dikenal banyak orang.

Namun, bisnis tak berjalan mulus. Pada tahun 1998, saat krisis moneter melanda Indonesia, Asril Etek menghadapi hal yang tidak terduga. Kunango Jantan mengalami kemunduran. Perusahaannya bangkrut. Semua aset, bahkan aset pribadinya, ikut terjual untuk menutupi kebangkrutan. Saat itulah, Asril mendapati titik balik dirinya.

Saya benar-benar jatuh ke titik terendah waktu itu. Saya jadi sangat dekat dengan Tuhan, saya pasrah. Pada saat itu baru saya sadar, bahwa niat saya mendirikan perusahaan itu salah. Saya hanya memikirkan uang, saya hanya memikirkan diri sendiri. Dalam sujud, dalam doa, saya meminta kepada Allah supaya mengampuni kekhilafan saya. Saya juga berjanji, kalau nanti bisa membangun perusahaan lagi, tujuannya adalah untuk berbuat bagi masyarakat, untuk berbagi

Pantang menyerah, Asril Etek kembali merintis usaha dari nol. Beruntung, ia memiliki beberapa karyawan yang memiliki loyalitas tinggi. Saat jatuh di titik terendah, mereka masih tetap bertahan dan ikut membangun bisnis dari awal.

Setelah itu, pada tahun 1999, ia membuka bengkel kecil dengan karyawan sebanyak 20 orang. Tak butuh waktu lama, tepatnya pada tahun 2002, ia membeli sebidang lahan seluas setengah hektare untuk perusahaannya.

Momentum Kebangkitan

Perlahan tapi pasti, Kunango Jantan berkembang sehingga dikenal banyak orang. Pada akhir tahun 2004, perusahaannya mendapat proyek pengerjaan tiang listrik dalam rangka pemulihan jaringan listrik di Aceh pasca-tsunami. Kepercayaan tersebut menjadi momentum kebangkitan bagi Asril.

Pada tahun 2008, Asril melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan Kunango Jantan Beton di Pekanbaru. Sukses dengan anak perusahaan pertama, Asril membuka dua anak perusahaan lagi, yakni PT Tiga Pilar Sakato pada tahun 2013 dan PT Karya Empat Pilar pada tahun 2014.

Kini, PT KJG berkembang menjadi kelompok perusahaan yang fokus dalam penyediaan, pemesanan, dan distribusi material baja serta beton siap pakai untuk industri konstruksi, kelistrikan dan pertambangan, telekomunikasi, dan perhubungan.

Tak berpuas diri dengan PT KJG, Asril Etek ikut merambah bisnis perhotelan. Ia membangun sebuah hotel di Padang dan dua hotel Bukittinggi. Hotel tersebut yakni yakni Hotel Bunda di Padang dan Bukittinggi yang mengusung konsep syariah, dan Grand Bunda Hotel di Bukittinggi.

Adik Asril, yakni Asrul, dikenal sebagai pemilik PT Kurnia Abadi Padang yang berbisnis tiang listrik. Terinspirasi dari sang kakak, Asrul ikut merambah bisnis hotel. Ia mendirikan Favehotel Olo Padang yang telah beroperasi sejak 18 Agustus 2016.

Dalam diskusi dengan mahasiswa, Asril pernah dilemparkan oleh sebuah pertanyaan. “Bagaimana ia mempertahankan usaha yang telah dibangun agar besar seperti saat ini?”

Baca Juga: Azwar Wahid, Saudagar Emas Berzakat Rp4 Miliar

“Kuncinya ada pada menyejahterakan karyawan," jawab Asril. Baginya, menjadi seorang pemimpin tidak boleh hanya mengutamakan kepentingan pribadi.

"Namun yang lebih utama adalah memikirkan kepentingan karyawan, dengan cara memotivasi, memberdayakan karyawan, sehingga secara tidak langsung bisa meningkatkan pendapatan perusahaan," ujarnya. [den]

Baca Juga

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) Padang.
Mengenal Gereja Advent di Padang
Kolam renang Belanda di Padang yang dibuka pada 29 Januari 1933
Kolam Renang Belanda di Padang Bertuliskan Anjing dan Pribumi Dilarang Masuk
Abdullah Ahmad
Abdullah Ahmad, Ulama Reformis di Bidang Dakwah dan Pendidikan
Parendangan Nasution adalah seorang guru Indonesia yang saat ini menjadi Kepala SMA Negeri 10 Padang. Ia merupakan lulusan Jurusan Sejarah Universitas Negeri Padang (UNP).
Parendangan Nasution, Guru dan Kepala SMA Negeri 12 Padang
Sari Lenggogeni
Sari Lenggogeni, Akademisi dan Pengamat Pariwisata Indonesia
Sitinjau Laut atau Sitinjau Lauik adalah ruas jalan yang terkenal memiliki tikungan tajam dan curam menghubungkan Kota Padang dan Solok.
Bagaimana Kelanjutan Proyek Jalan Layang Sitinjau Laut?