• Login
Rabu, Mei 18, 2022
No Result
View All Result
Suluah.com
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Kultur
  • Story
Suluah.com
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Kultur
  • Story
No Result
View All Result
Suluah.com
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Kultur
  • Story
Home Story

Melihat Masjid dan Surau Syekh Muhammad Jamil di Bayang yang Ditinggalkan

by Suluah.com
Rabu, 23/02/2022
A A
Masjid Jihad Lama Koto Baru. [Foto: Rahmatdenas]

Masjid Jihad Lama Koto Baru. [Foto: Rahmatdenas]

Suluah.com – Bangunan Masjid Jihad Lama di Nagari Koto Baru Koto Berapak, Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat (Sumbar) berada dalam kondisi memprihatinkan. Masjid ini sudah tak lagi digunakan untuk kegiatan ibadah.

Padahal, masjid ini dulunya pernah menjadi pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan di Koto Baru Koto Berapak. Di sini, juga terdapat surau milik Syekh Muhammad Jamil, seorang ulama Tarekat Syattariyah di Koto Baru Koto Berapak yang hidup pada abad ke-19.

Baca Juga

Melihat Sumur Ayek di Nagari Pelangai Kaciak, Pesisir Selatan

Masjid Usang Koto Marapak, Bertahan Meski Ditinggalkan

Bayang dalam Perkembangan Islam

Daerah Bayang pernah menjadi sentra pendidikan Islam di pantai barat Sumatra masa lampau. Salah seorang ulama terkenal di Bayang yang menyebarkan Islam bernama Syekh Buyung Mudo Puluik-Puluik. Ia hidup sezaman dengan Syekh Burhanuddin Ulakan, yakni pada abad ke-17

ADVERTISEMENT

Syekh Buyung Mudo Puluik-Puluik membangun surau di Nagari Puluik-Puluik sebagai pusat dakwahnya. Ia memiliki banyak murid. Salah seorang yang terkenal yakni Angku Tantuo atau ada yang memanggilnya H. Painan.

Sebagaimana gurunya, Angku Tantuo juga mendakwahkan Islam dan membangun surau. Suraunya berada di Nagari Kapujan. Murid-muridnya datang dari berbagai daerah di Bayang, termasuk Syekh Muhammad Jamil dari Nagari Koto Baru Koto Berapak.

Kelak, Syekh Muhammad Jamil memiliki murid yang menjadi ulama terkenal, yakni Syekh Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi asal Nagari Pancung Taba. Ia menjadi ulama berpengaruh di Padang dan mengajar di Masjid Raya Ganting.

Surau Syekh Muhammad Jamil

Syekh Muhammad Jamil, seorang ulama Tarekat Syattariyah di Koto Baru Koto Berapak yang hidup pada abad ke-19
Makam Syekh Muhammad Jamil, seorang ulama Tarekat Syattariyah di Koto Baru Koto Berapak yang hidup pada abad ke-19. [Foto: Rahmatdenas]
Sebagaimana disebutkan, Syekh Muhammad Jamil belajar mendalami Islam kepada Angku Tantuo di Nagari Kapujan. Selain itu, ia juga berguru ke Nagari Pancung Tebal kepada Syekh Muhammad Fatawi, ayah dari Syekh Bayang.

Pada 1870, ia berangkat ke Mekkah bersama adiknya Syekh Muhammad Shamad untuk menuntut ilmu sekaligus menunaikan ibadah haji. Syekh Muhammad Jamil kembali ke kampung halamannya, Koto Baru Koto Berapak, pada 1876.

Untuk mendukung kegiatan dakwahnya, ia mendirikan surau di Koto Baru Koto Berapak. Lokasi surau ini masih bisa kita temukan reruntuhannya tak jauh dari mihrab Masjid Jamik Koto Baru Koto Berapak.

Pada masa kejayaannya, Surau Syekh Muhammad Jamil menjadi pusat perkembangan ilmu agama di Koto Baru Koto Berapak. Murid-murid yang datang tidak hanya berasal dari Minangkabau, tetapi juga Kerinci, Bengkulu, dan Jambi.

Saat Surau Syekh Muhammad Jamil meninggal, ia dimakamkan di dekat surau. Para pengikut Tarekat Syattariyah, meski tidak banyak, sampai hari ini rutin datang untuk berziarah ke makamnya.

Masjid Jamik Koto Baru Koto Berapak

Kondisi masjid yang terbengkalai.
Kondisi masjid yang terbengkalai. [Foto: Rahmatdenas]
Di dekat Surau Syekh Muhammad Jamil, masyarakat membangun masjid jamik atau kini dikenal sebagai Masjid Jihad Lama. Bangunan induknya berukuran 15 x 15 m dengan mihrab menjorok di sisi barat serta tambahan sayap kembar di sisi timur (membelakangi mihrab). Ruangan sayap kembar berdenah persegi delapan dan menyatu dengan bangunan induk.

Atap bangunan induk berupa gabungan limas dan kubah. Di antara atap limas dan kubah, terdapat jendela atap dengan denah persegi delapan. Di bagian mihrab dan sayap kembar, atapnya hanya berupa kubah dan juga memiliki jendela atap. Jadi, masjid ini memiliki empat kubah.

Saat Masjid Jamik Koto Baru Koto Berapak dibangun, aktivitas Surau Syekh Muhammad Jamil masih sempat berjalan. Namun, intensitasnya berkurang seiring waktu. Hingga akhirnya saat ini, baik Surau Syekh Muhammad Jamil maupun Masjid Jamik Koto Baru Koto Berapak, tak lagi digunakan.

Baca juga: Masjid Tuo Ampang Gadang, Cagar Budaya yang Terancam Ambruk

Seiring kebutuhan akan tempat ibadah yang representatif, maka masyarakat Koto Baru Koto Berapak membangun masjid baru yang kini bernama Masjid Jihad. Lokasinya berjarak 150 m di jalan yang sama.

Sejak ada masjid baru, perhatian masyarakat tidak lagi tertuju pada masjid lama maupun surau Syekh Muhammad Jamil. Akibatnya, dua bangunan tersebut kini terbengkalai. [den]

Tags: Koto Baru Koto BerapakMasjidMasjid tua di Sumatra BaratPesisir Selatan
ShareTweetSendShareSend

RELATED ARTICLE

Sumur Ayek adalah sumur tua yang airnya tak pernah kering, bahkan saat musim kemarau sekalipun.

Melihat Sumur Ayek di Nagari Pelangai Kaciak, Pesisir Selatan

Masjid ini berusia lebih dari seabad. Bangunan induknya terbuat dari kayu dengan tambahan bangunan serambi yang terbuat dari batu bata.

Masjid Usang Koto Marapak, Bertahan Meski Ditinggalkan

Bersih dan nyaman, demikian fasilitas ibadah yang ingin dihadirkan oleh pengurus Masjid Jamik Nurul Huda di Kelurahan Silaing Bawah, Kecamatan Padang Panjang Barat, Kota Padang Panjang.

Beribadah di Masjid Jamik Nurul Huda Padang Panjang yang Bersih dan Nyaman

Kecamatan Ranah Pesisir merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan. Di kecamatan ini, terdapat 44 sekolah meliputi jenjang pendidikan dasar hingga menengah serta 2 perguruan tinggi.

SD Hingga Perguruan Tinggi di Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan

POPULAR

Rizal Muslimin adalah seorang arsitek Indonesia. Ia terkenal sebagai perancang desain Masjid Raya Sumatra Barat yang mendapat penghargaan Abdullatif Al Fozan Award 2021 untuk tujuh arsitektur masjid terbaik di dunia.

Cerita Rizal Muslimin Merancang Desain Masjid Raya Sumbar

Dalam arsitektur Jawa, dikenal istilah saka guru dan purus. Saka guru merupakan empat tiang utama pada bangunan seperti pendopo dan masjid.

Saka Guru dan Sistem Purus dalam Arsitektur Jawa

Meskipun dikenal sebagai penganut agama Islam, ternyata pernah ada orang Minang yang keluar dari Islam. Ada yang jadi pendeta bahkan ateis.

Profil 3 Orang Minang yang Keluar dari Islam

Rukmini Zainal Abidin adalah pendiri Apotek Tunggal di Salemba, Jakarta pada tahun 1951 yang menjadi apotek milik orang Indonesia pertama.

Kisah Rukmini Zainal Abidin, Pendiri Apotek Tunggal

2x11 Enam Lingkung, demikian nama kecamatan di Sumbar yang mengandung kombinasi kata, angka, dan perkalian. Kok bisa dan apa sejarahnya?

Mengenal Kecamatan 2×11 Enam Lingkung dan Asal Usul Namanya

Suluah.com – Di Sumatera Barat, nasyid tidak hanya ditampilkan di kegiatan agama. Nasyid menjadi pilihan untuk baralek selain orgen tunggal.

Orgen Tunggal vs Nasyid untuk Baralek?

Cekricek Network

Selebkita.com | Kabarkabari.id | Kalamakan.com | Cektips.com | Suluah.com | Ototekno.id | Liniekonomi.com | Sainskita.com | Badata.id | Inkes.id | Pesonapuan.com | Ceritahits.com | Invesco.id | Cekhukum.com

Follow Kami

  • About Us
  • Editorials
  • Contact Us
  • Privacy
  • Index

©2021 Cekricek.id | All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Kultur
  • Story
  • Login

©2021 Cekricek.id | All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In