Kiprah Gusdi Sastra, Doktor Neurolinguistik Pertama di Indonesia

Gusdi Sastra adalah doktor neurolinguistik pertama di Indonesia yang menaruh perhatian pada penderita gangguan bahasa, seperti penyandang disabilitas.

Gusdi Sastra.

Suluah.com – Doktor neurolinguistik yang juga dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unversitas Andalas (Unand) Gusdi Sastra meninggal dunia pada Minggu (12/9/2021). Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar Unand.

Gusdi Sastra banyak melakukan penelitian di bidang neurolinguistik. Penelitiannya ia dedikasikan bagi penderita gangguan bahasa, seperti penyandang disabilitas. Berikut kiprahnya.

Pendidikan

Gusdi Sastra adalah doktor neurolinguistik pertama di Indonesia yang menaruh perhatian pada penderita gangguan bahasa, seperti penyandang disabilitas.

Gusdi Sastra kecil bersama kakak dan ibunya.

Gusdi Sastra lahir pada 18 Agustus 1964 di Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Ia menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di Batusangkar.

Tamat SMA, ia mengambil kuliah jurusan bahasa dan sastra Indonesia di Fakultas Sastra (kini FIB) Unand. Semasa mahasiswa, ia aktif mengikuti kegiatan teater dan puisi. Selain itu, ia juga tercatat sebagai mahasiswa teladan di fakultasnya.

Ia menamatkan S-1 pada tamat pada tahun 1988. Selanjutnya, Gusdi Sastra menyelesaikan S-2 bidang linguistik di Universitas Indonesia (UI) pada 1994 dan S-3 bidang neurolinguistik di Universiti Putra Malaysia pada 2005.

Wartawan Harian Haluan Holy Adib mencatat, Gusdi Sastra merupakan doktor neurolinguistik pertama di Indonesia. Ia meraih gelar tersebut lewat disertasinya berjudul "Ekspresi Verbal Penderita Strok: Tinjauan Neurolinguistik".

Setelah lulus S-3, Gusdi Sastra mendalami bidang terapi wicara dengan mengambil program posdoktoral di Hamburg University, Jerman dari tahun 2009 hingga 2010.

Untuk pendidikan non-gelar, ia pernah mengikuti program research student bidang linguistik komparatif dan psikolinguistik di Gifu University, Jepang atas beasiswa Monbusho Jepang dari tahun 1998 hingga 2000.

Kiprah

Gusdi Sastra mulai menjadi dosen di FIB Unand sejak tahun 1990. Ia pernah meraih predikat "Dosen Berprestasi" di tingkat fakultas dan universitas pada tahun 2007.

Ia juga pernah menjadi visiting lecturer pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Wako University, Jepang selama setahun (2011 hingga 2012).

Selain menjadi dosen, ia merupakan Sekretaris Jurusan Sastra FIB Unand (2005 hingga 2008) dan Ketua Jurusan Sastra FIB Unand (2015 hingga 2020). Selanjutnya, ia menjadi Wakil Dekan I FIB Unand (2017 hingga 2021).

Ia juga aktif di organisasi profesi, salah satunya sebagai Ketua Masyarakat Linguistik (MLI) Komisariat Unand (2013 hingga 2018).

Doktor Neurolinguistik

Gusdi aktif menulis karya ilmiah dan karya kreatif baik di jurnal ilmiah nasional dan internasional maupun di media massa. Di FIB Unand, ia merupakan chief editor Jurnal Arbitrer yang telah terakreditasi Sinta 2.

Sejak menjadi doktor neurolinguistik, Gusdi Sastra konsisten meneliti bidang keilmuan tersebut. Neurolinguistik merupakan isu baru dalam dekade terakhir yang mengkaji dan menguraikan relasi antara bahasa dan otak.

Di antara buku yang ia tulis dan telah dipublikasikan yakni: Neurolinguistik: Suatu Pengantar; Journey to Jerman; Bahasa dan Strok; In Memoriam Dosen Sasindo Unand; Wajah-Wajah di Bingkai Jendela; Hamburg dalam Kenangan; Bahasa dan Wicara; Episode Senja;Dari Medan ke Jerman: Memoar Seorang Lelaki; dan Model Terapi Wicara Bagi Penderita Gangguan Berbahasa. [den]

Baca Juga

Aisyah Elliyanti adalah ahli kedokteran nuklir Indonesia yang menjadi guru besar untuk bidang tersebut di FK Unand
Aisyah Elliyanti, Spesialis Kedokteran Nuklir Pertama di Sumatera
Prof. Syukri Arief adalah ilmuwan kimia Indonesia yang sehari-hari mengajar di Universitas Andalas (Unand).
Syukri Arief, Guru Besar Kimia Universitas Andalas
FK Unand adalah salah satu fakultas kedokteran awal di Indonesia. FK Unand telah memulai perkuliahannya sejak 1955.
Sejarah FK Unand, Berdiri Sejak 1955
Marah Adin berkarir sebagai penyuluh pertanian pada masa Hindia Belanda dan pensiun sebagai Kepala Dinas Pertanian Sumatra Tengah (1948–1956)
Marah Adin, Pendiri Kota Solok
Djamaluddin Tamim adalah seorang wartawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia di Sumatra Barat pada dekade 1920-an
Djamaluddin Tamim, Berjuang untuk Indonesia Merdeka Meski Keluar-Masuk Penjara
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat