• Login
Rabu, Agustus 17, 2022
No Result
View All Result
Suluah.com
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Kultur
  • Story
Suluah.com
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Kultur
  • Story
No Result
View All Result
Suluah.com
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Kultur
  • Story
Home Tokoh

Dokter Ali Hanafiah Sutan Maharaja, Dekan Fakultas Farmasi UGM yang Terlupakan

by Rahmat Irfan Denas
Senin, 17/01/2022
A A
Prof. Dr. dr. Mohammad Ali Hanafiah gelar Sutan Maharaja adalah seorang dokter dan ahli farmasi Indonesia. Ia merupakan Dekan Perguruan Tinggi Ahli Obat (cikal bakal Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada) dari September 1945 sampai September 1946.

Ilustrasi RSUD Prof. Dr. Mohammad Ali Hanafiah SM, Batusangkar, Tanah Datar, Sumatra Barat.

Suluah.com – Prof. Dr. Mohammad Ali Hanafiah gelar Sutan Maharaja adalah seorang dokter dan ahli farmasi Indonesia. Ia merupakan Dekan Perguruan Tinggi Ahli Obat (cikal bakal Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada) dari September 1945 sampai September 1946.

Sebagai dokter, ia pernah bertugas di beberapa daerah di Sumatra dan Jawa. Namanya dibadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Batusangkar, Tanah Datar, Sumatra Barat.

Baca Juga

J.S. Khairen, Novelis dengan Berjibun Karya Lintas Genre

Miko Kamal, Praktisi Hukum dan Aktivis LSM Sumbar

Kehidupan Awal

Ali Hanafiah lahir pada 11 Juli 1900 di Kota Padang Panjang. Keluarganya berasal dari Nagari Lubuk Jantan, Tanah Datar. Ayahnya bernama Mohammad Yasin gelar Datuk Muntiko Rajo, seorang jaksa kepala di Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman.

ADVERTISEMENT

Ali Hanafiah merupakan adik Siti Hasnah, istri Achmad Mochtar, orang Indonesia pertama yang menjabat Direktur Lembaga Eijkman. Ia juga sepupu Abu Hanifah, seorang dokter dan seniman Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1949–1950).

Ali Hanafiah menyelesaikan pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS) Padang Panjang. Setelah lulus pada tahun 1916. Setelah itu, ia menempuh pendidikan di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA).

Karier sebagai Dokter

Ali Hanafiah mulai bekerja sebagai dokter pada 11 September 1926 semasa pemerintahan Hindia Belanda. Ia bertugas di beberapa tempat di Sumatra dan Jawa seperti Surabaya, Solok, Baturaja, Malang, dan Tangerang (sejak 1939).

Saat di Baturaja, ia berdedikasi membantu korban gempa bumi di Sumatra Selatan pada Juni 1933 sehingga mendapat penghargaan Bintang Perak Besar dari pemerintah Hindia Belanda.

Pada masa pendudukan Jepang, ia menjadi pengajar farmasi di perguruan tinggi kedokteran Ika Dai Gaku (sebelumnya STOVIA) yang dibuka kembali pada 29 April 1943 setelah sempat ditutup Jepang. Saat itu, tidak banyak orang Indonesia yang mengajar di sana.

Pada 22 September 1943, Ali Hanafiah menjadi asisten profesor Ika Dai Gaku. Pada tahun yang sama, ia juga menjadi asisten Lembaga Eijkman.

Menjelang akhir pendudukan Jepang, ia ditangkap oleh Kempeitai bersama para peneliti Lembaga Eijkman pada 7 Oktober 1944. Penangkapannya terkait Peristiwa Doktor Mochtar. Ia bebas pada Januari 1945 setelah meringkung di tahanan selama 105 hari.

Dekan Perguruan Tinggi Ahli Obat

Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengambil alih Ika Dai Gaku dan menamakannya menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran. Di bawah perguruan ini, terdapat Perguruan Tinggi Ahli Obat (PTAO), yang kelak menjadi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ali Hanafiah menjadi Dekan PTAO pertama terhitung sejak September 1945 sampai September 1946. Bersamaan dengan itu, ia mendapat pangkat guru besar. Namun, semasa kepemimpinannya, PTAO tidak dapat menjalankan aktivitas akademik dengan lancar. Pasalnya, saat itu Belanda kembali berusaha menjajah Indonesia dengan membonceng tentara Sekutu.

Pertempuran terjadi di mana-mana, termasuk Jakarta yang merupakan tempat kedudukan PTAO. Akibatnya, PTAO diungsikan ke Klaten pada September 1946 dan posisi Ali Hanafiah sebagai Dekan PTAO digantikan oleh Sardjito.

Ketika perang kemerdekaan makin berkecamuk, PTAO terpaksa menghentikan kegiatan akademiknya. PTAO kelak dibuka kembali pada 1949 dan kini menjadi bagian UGM.

Sembari menjadi Dekan PTAO, Ali Hanafiah juga diperbantukan di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak Desember 1945. Ia bertugas di beberapa jabatan di Kemenkes seperti Kepala Perbekalan dan Obat-Obat, Kepala Jawatan Rumah-Rumah Sakit dan Bagian Ilmu Pengetahuan, dan terakhir Kepala Direktorat Farmasi.

Baca juga: H.B. Saanin, Ahli Psikiatri Indonesia yang Terlupakan

Pada 1957, ia menghadiri sidang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Belanda yang membahas tentang kesehatan masyarakat.

Ali Hanafiah pensiun pada 1957. Meski pensiun, ia aktif dalam berbagai badan dan panitia dalam organisasi Kemenkes serta memberi kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pada 1970, ia mendapat Surat Penghargaan atas berbagai jasanya di bidang kedokteran dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). [den]

Tags: Dokter IndonesiaTokoh Minangkabau
ShareTweetSendShareSend

RELATED ARTICLE

Jombang Santani Khairen adalah seorang novelis Indonesia. Mulai menulis novel sejak 2013, ia memperoleh popularitasnya pada 2019 lewat Kami (Bukan) Sarjana Kertas.

J.S. Khairen, Novelis dengan Berjibun Karya Lintas Genre

Isnaniah Saleh adalah keponakan Rahmah El Yunusiyah. Ia memipin Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang sejak 1969 hingga wafat pada 1900.

Isnaniah Saleh, Penerus Perjuangan Rahmah El Yunusiyah

Miko Kamal, S.H., LL.M., Ph.D. adalah seorang pengacara, pengamat hukum, dan pakar tata kelola kota Indonesia.

Miko Kamal, Praktisi Hukum dan Aktivis LSM Sumbar

Teungku Amir Husin Al-Mujahid adalah salah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Aceh. Ia merupakan sosok militan dan ambisius yang kontroversial.

Teungku Amir Husin Al-Mujahid, Pejuang Kemerdekaan Asal Aceh yang Kontroversial

POPULAR

Meskipun dikenal sebagai penganut agama Islam, ternyata pernah ada orang Minang yang keluar dari Islam. Ada yang jadi pendeta bahkan ateis.

Profil 3 Orang Minang yang Keluar dari Islam

Daerah Kuranji memainkan peran penting sebagai basis pertahanan dan perjuangan rakyat mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di sinilah, basis kedudukan Harimau Kuranji.

Sejarah Kuranji dalam Perang Kemerdekaan Indonesia, Basis Harimau Kuranji

Surya Tri Harto memulai kariernya di PT Pertamina pada tahun 1994. Saat ini, alumni Unand ini menjabat sebagai Vice President PT Pertamina.

Surya Tri Harto, Wakil Presiden Pertamina Putra Tanah Datar

Jepang membangun Lubang Jepang karena diduga ingin menjadikan Bukittinggi sebagai tempat tinggal Kaisar Jepang kelak. Bagaimana kisahnya?

Rencana Rahasia Jepang di Lubang Jepang Bukittinggi

Sari Lenggogeni

Sari Lenggogeni, Akademisi dan Pengamat Pariwisata Indonesia

Jam Gadang merupakan hadiah dari Ratu Wilhelmina. Dalam pembangunannya, ada peran seorang arsitek Koto Gadang bernama Yazid Rajo Mangkuto.

Jam Gadang: Hadiah Ratu Wilhelmina dan Peran Arsitek asal Koto Gadang

Cekricek Network

Selebkita.com | Kabarkabari.id | Kalamakan.com | Cektips.com | Suluah.com | Ototekno.id | Liniekonomi.com | Sainskita.com | Badata.id | Inkes.id | Pesonapuan.com | Ceritahits.com | Invesco.id | Cekhukum.com

Follow Kami

  • About Us
  • Editorials
  • Contact Us
  • Privacy
  • Index

©2021 Cekricek.id | All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Peristiwa
  • Tokoh
  • Kultur
  • Story
  • Login

©2021 Cekricek.id | All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In