Abdoel Raoef Soehoed, Urang Awak di Balik Proyek Asahan

Abdoel Raoef Soehoed adalah seorang teknokrat Indonesia. Ia menjabat Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan III (28 Maret 1978–19 Maret 1983) semasa pemerintahan Presiden Soeharto. 

Abdoel Raoef Soehoed. [Foto: Ist]

Abdoel Raoef Soehoed adalah seorang teknokrat Indonesia. Ia menjabat Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan III (28 Maret 1978–19 Maret 1983) semasa pemerintahan Presiden Soeharto.

Ia merupakan tokoh yang berperan penting dalam membangun industri dasar alumunium di Indonesia.  Ia juga pernah bertugas sebagai anggota Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan pangkat terakhir Mayor Udara.

Pendidikan

Abdoel Raoef Soehoed lahir di Jakarta dari keluarga perantau Minangkabau yang telah menetap di Batavia sejak masa penjajahan Belanda. Setelah pensiun, orang tuanya banyak berkecimpung dalam kegiatan agama dan sosial masyarakat.

Ia mengawali pendidikannya di Technische Hoogeschool (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada 1939. Namun, karena terjadinya pendudukan Jepang dan revolusi kemerdekaan, ia baru bisa meraih gelar Insinyur pada tahun 1951.

Karier

Abdoel Raoef Soehoed memulai kariernya  sebagai Ketua Tim Negosisasi Proyek Asahan. Berkat kecemerlangannya, ia berhasil menangani negosisasi yang cukup rumit. Keberhasilannya itulah yang mengantarkannya menjadi Ketua Otorita Asahan sejak 1976 sampai 1999.

Pada saat bersamaan, ia menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan III (28 Maret 1978–19 Maret 1983).

Ia juga pernah menjabat sebagai direksi/komisaris di beberapa perusahan besar seperti PT Aneka Tambang, Pertamina, dan Indonesia Finance Cooperation. Selain itu, ia pernah menjadi konsultan teknik PT Freeport.

Aktivitas Lainnya

Kariernya kembali gemilang saat bertugas sebagai anggota Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan pangkat terakhir Mayor Udara.

Selain sebagai seorang tehnokrat, ia juga aktif menulis. Beberapa karya yang ia hasilkan di antaranya, Asahan, Peluang yang Bisa Terbuang: Refleksi untuk Negosiasi, Banjir Ibukota: Tinjauan Historis dan Pandangan Ke Depan: Serangkaian Pemikiran Strategi Terpadu Jangka Panjang, Asahan: Jalan Panjang Membangun Industri Dasar Aluminium, Sejarah Pengembangan Pertambangan PT Freeport Indonesia di Provinsi Papua, dan Industrial Development During Pelita III.

Abdoel Raoef Soehoed meninggal dunia pada hari Sabtu tanggal 7 Juni 2014 di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta. Jenazahnya kemudian dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan.

---

Sumber:
Kamus Sejarah Indonesia (Jilid II). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca Juga

Aisyah Elliyanti adalah ahli kedokteran nuklir Indonesia yang menjadi guru besar untuk bidang tersebut di FK Unand
Aisyah Elliyanti, Spesialis Kedokteran Nuklir Pertama di Sumatera
Prof. Syukri Arief adalah ilmuwan kimia Indonesia yang sehari-hari mengajar di Universitas Andalas (Unand).
Syukri Arief, Guru Besar Kimia Universitas Andalas
Marah Adin berkarir sebagai penyuluh pertanian pada masa Hindia Belanda dan pensiun sebagai Kepala Dinas Pertanian Sumatra Tengah (1948–1956)
Marah Adin, Pendiri Kota Solok
Djamaluddin Tamim adalah seorang wartawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia di Sumatra Barat pada dekade 1920-an
Djamaluddin Tamim, Berjuang untuk Indonesia Merdeka Meski Keluar-Masuk Penjara
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Abdul Hamid Khatib, Putra Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang Jadi Diplomat
Asvi Warman Adam adalah sejarawan kontemporer Indonesia yang menjadi peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1983.
Asvi Warman Adam, Menguak Kabut Sejarah